Headlines News :

Kesehatan

Kesehatan
Home » » Manfaat Kegiatan Menulis

Manfaat Kegiatan Menulis

Written By IP on Kamis, 01 September 2011 | 19.04

Banyak nilai plus yang bisa diperoleh dengan keterampilan menulis. Bagi seorang pejabat atau profesional aktivitas menulis dapat dijadikan media aktualisasi diri juga dapat mendongkrak pencitraan dirinya di hadapan publik. Begitu pun bagi guru, menulis mampu mengembangkan profesionalitas, memajukan keilmuan, silaturrahim dan mendapat tambahan penghasilan melalui honor menulis.

Kegiatan menulis mampu menembus ruang dan waktu, perbedaan jenjang sekolah, senioritas, maupun jalimet birokrasi. Ada kendala mendasar yang menjadi hambatan bagi para guru untuk menulis seputar kendala pribadi guru seputar rasa malu, takut dikritik, bosan dan tidak percaya diri.  Menurut H. Wakhudin (salah seorang Redaktur “PR”) menulis bagi sebagian besar bangsa Indonesia  masih merupakan persoalan besar.  Banyak orang pintar dan kaum profesional yang ahli di bidang tertentu, akan tetapi saat diminta menulis tentang berbagai pemikiran yang dimilikinya mereka kelabakan.

Namun jangan buru-buru lempar handuk dulu! Satu hal yang harus dipahami bahwa kemampuan menulis bukan lahir karena bakat, tetapi diciptakan.  Menurut Bambang Trims, tidak ada orang yang dilahirkan sebagai penulis, yang benar ia tercipta sebagai penulis karena diberi peluang dan stimulus untuk belajar, berlatih dan berkembang. Karena sejatinya, tak ada penulis yang terlatih, tetapi yang ada penulis yang suka berlatih. Artinya, siapa pun orangnya, dengan berkeinginan dan berkemauan, insya Alloh yakin bisa! Salah satu cara belajar menulis yang efektif adalah berguru kepada para penulis yang telah mapan. Caranya cukup dengan membaca, menelaah dan mempelajari karya-karya mereka.  Kalau sekira memori kita tidak kuat dalam mengingat, copy dan gunting lalu buatlah kliping sebagai dokumentasi berisi data, fakta maupun angka-angka.  Kliping amat “manjur” dalam menemani seorang penulis dalam membuat artikel.  Begitupun media internet bagi sudah mahir akan sangat ampuh berisi sejumlah informasi bahan untuk menulis.

Kita bisa belajar cara menuangkan ide, mengolah rasa bahasa, kosa kata, karakter dan gaya seorang penulis. Di tangan seorang penulis, bahasa bisa menjadi menggelitik, menyentil, menggugah, menusuk, indah puitis bahkan kocak mengocok perut. Dengan berguru kepada mereka, secara tidak disadari merupakan bagian proses latihan menulis. Toh dalam jangka waktu tertentu, seorang pemula akan menemukan eksistensi, ciri khas dan kekuatannya sendiri, namun jangan jadi plagiat. Dengan menjiplak karya orang lain, dengan harapan meraih materi dan popularitas, jika ketahuan bakal diblacklist, tentu dapat menamatkan karir menulis.
Ide untuk menulis diperoleh bersumber berupa pengalaman diri sendiri, dapat menimba pengalaman orang lain dan banyak membaca.  Dalam Mangle No. 2107 (Maret 2007) H. Usep Romli mengisahkan .

dalam artikelnya Rek Diudag Maung Sancang, dirinya tak segan melakukan perjalanan masuk kampung keluar kampung bahkan hutan hanya sekedar mencari pengalaman sebagai sumber ide bahan untuk menulis. Dalam sekali perjalanan (3-4 hari)  bisa mengoleksi hampir 7-10 tulisan dan dimuat oleh surat kabar Bandung dan Jakarta. Hasilnya setara hampir sepuluh kali lipat gaji dia sebagai guru SD saat itu.

Benda-benda dan kebiasaan masyarakat yang ditemui di sepanjang petualangannya, seperti: lisung (alat penumbuk padi), kolecer (kincir dari bambu), kawung (pohon enau) mampu diolah secara cerdas menjadi artikel.  Bagi guru, tentu banyak ide yang dapat diolah, sebut saja: kenakalan remaja, perilaku mencontek, bahaya jajan sembarangan, atau di tingkat nasional berkenaan dengan: sertifikasi, akreditasi, anggaran pendidikan 20% adalah ide-ide yang bisa dikemas menggoda dan menggelitik.

Rubrik Tajuk utama, Resonansi, Keluarga atau Kesehatan Majalah Nuansa Persada, sesungguhnya  sumber ide untuk dikelola kembali dengan gaya dan penyajian tersendiri terutama relevan dan aktual dengan kondisi tengah terjadi. Banyak artikel penulis diilhami oleh artikel Majalah ini, seperti: Pelajaran Kejujuran (“GM”), Orang Tua Tularkan Kebiasaan Merokok (“Tribun”), Bahaya Kurang Gerak/Kolesterol/MSG (Kompas/PR) dll. Bahkan Tajuk utama Majalah Nuansa, “Menjaga Beranda Rumah Indonesia” (Edisi Oktober 2007) menjadi inspirasi utama untuk membuat naskah buku sayembara oleh pusat perbukuan Depdiknas.

Dengan gaya anak-anak SD seolah diajak mengunjungi saudara-saudaranya di tapal-batas, mampu memenangkan Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2008 dengan judul Kawasan Perbatasan Negriku.  Penulis bersama 54 calon pemenang mengikuti prosesi penentuan dan pengumuman calon pemenang selama 5 hari (30-4 Desember 2008) di Jakarta. Dalam 54 orang, hanya 47 dinyatakan sebagai pemenang dan berkesempatan  berjumpa Presiden SBY, Wapres Jusuf Kalla, para menteri dan pejabat teras PB PGRI saat HGN/PGRI ke-63 di lapangan Tenis Indoor Jakarta.. 
Paparan ini sekedar berbagi informasi dan pengalaman dengan sesama rekan guru, pembaca Nuansa, sehingga  menginspirasi, memberi spirit dan energi, untuk segera memulai menulis. Selamat mencoba!
(adaptasi nuansaonline.net)
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Trending Topic

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. si-Buta - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger